4 Fase Perkembangan Zigot |
1. Fase Morula
Pada fase ini zigot mengalami pembelahan. Pembelahan sel tersebut dimulai dari satu sel menjadi dua sel, kemudian dua sel menjadi empat sel, dan seterusnya. Pada saat pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak bersamaan, Pembelahan cepat terjadi pada bagian vertikal yang memiliki kutub fungsional atau bisa disebut sebagai kutub hewan (animal pole) dan kutub vegetatif (vegetal pole). Lalu Antara dua kutub ini masing-masing dibatasi oleh daerah sabit kelabu yang dalam bahasa inggrisnya grey crescent.
Setelah pembelahan terjadi pada bagian vertikal, dilanjutkan dengan bagian horizontal yang membelah secara aktif sampai terbentuk 8 sel, kemudian Pembelahan sel berlanjut sampai terbentuk 16 sampai 64 sel. Embrio yang terdiri dari 16 sampai 64 sel inilah yang kemudian disebut morula.
2. Fase Blastula
Pada fase blastula ini terjadi pembagian sitoplasma ke dalam dua kutub yang dibentuk pada fase moruta, Konsentrasi sitoplasma pada kedua kutub tersebut sangat berbeda. Pada kutub fungsional terdapat sitoplasma yang lebih sedikit dibandingkan dengan kutub vegetatif.
Konsentrasi sitoplasma yang berbeda menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan hewan selanjutnya. Pada fase ini kutub fungsional dan kutub vegetatif telah selesai dibentuk. Hal tersebut ditandai dengan dibentuknya rongga di antara kedua kutub yang berisi caftan dan disebut blastosol, Embrio yang memiliki blastosol disebut blastula. Proses pembentukan blastosol disebut blastulasi, Setelah fase blastula selesai ditanjutkan dengan lase gastrula.
3. Fase Gastrula
Pada fase gastrula ini, embrio mengalami proses diferensiasi dengan dimulainya menghilangkan blastosol. Sel-sel pada kutub fungsional akan membelah dengan cepat. Akibatnya, sal-sel pada kutub vegetatif membentuk lekukan ke arah dalam, hal ini di namakan invaginasi. Invaginasi akan membentuk dua formasi, yaitu lapisan ektoderm dan lapisan endoderm.
Bagian ektoderm akan berubah menjadi kulit dan bagian endoderm akan berubah menjadi berbagai macam saluran, lalu Bagian tengah gastrula disebut dengan arkenteron. Pada perkembangan selanjutnya, arkenteron akan menjadi saluran pencernaan hususnya pada hewan vertebrata dan beberapa invertebrata. Bagian luar yang terbuka pada gastrula yang menuju arkenteron dapat disebut dengan blastofor. Bagian ini dipersiapkan menjadi anus dan pada bagian ujung akan membuka dan menjadi mulut. Pada fase ini akan terjadi tahap lanjutan diferensiasi sebagian endoderm menjadi bagian mesoderm. Pada akhir fase gastrula telah terbentuk bagian endoderm, mesoderm, dan ektoderm.
4. Diferensiasi dan Organogenesis
Di Fase yang keempat ini mulai terjadi diferensiasi dan organogenesis pada struktur serta fungsi set untuk menjadi jaringan yang lebih spesifik. Proses tersebut dikendalikan oleh faktor hereditas atau gen yang dibawa pada saat terjadi pembentukan kutub fungsional dan kutub vegetatif, yang pada akhirnya masing-masing bagian endoderm, mesoderm, dan ektoderm akan mengalami diferensiasi menjadi organ-organ sebagai berikut.
- Ektoderm akan mengalami diferensiasi menjadi epidermis, rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat, email gigi, sistem saraf, serta saraf reseptor.
- Mesoderm akan mengalami diferensiasi menjadi tulang, sistem peredaran darah, jaringan ikat, otot, sistem ekskresi misalnya duktus deferens, dan sistem reproduksi.
- Endoderm akan mengalami diferensiasi menjadi jaringan epitel pencernaan, sistem pernapasan, kelenjar gondok, pankreas dan hati.
Dalam proses diferensiasi dan organogenesis, bagian yang berdekatan saling mempengaruhi. Sebagai contoh disini, bagian mesoderm akan mempengaruhi ektoderm dalam diferensiasi untuk perkembangan alat gerak, yaitu sebagian berasal dari set ektoderm dan sebagian dari mesoderm. Setelah tahap embrio selesai, embrio yang disebut janin siap dilahirkan.
No comments:
Write komentar