Sep 12, 2017

Definisi Manusia sebagai makhluk Individu dan Sosial

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan makhluk Sosial

1. Manusia Sebagai Makhluk Individu

Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan dan berfikir, serta dengan pikirannya itu mengendalikan dan memimpin kesanggupan akal dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan kenyataan yang dialami pada setiap individu.

Sebagai makhluk individu Manusia memiliki unsur jasmani, unsur rohani, unsur fisik, unsur psikis, unsur raga dan juga unsur jiwa. Seseorang dapat dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut bisa menyatu dalam dirinya. Jika unsur-unsur tersebut sudah tidak menyatu, maka seseorang tidak disebut sebagai manusia individu. Jadi pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada di dalam diri individu merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi, sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, dan juga keutuhan jiwa serta raganya.

Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, Sekalipun orang tersebut terlahir kembar, keduanya tidak ada yang memiliki ciri fisik dan psikis yang persis sama. Walaupun secara umum manusia itu memiliki fisik yang sama, tetapi kalau perhatian kita tujukan pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini terletak pada bentuk, ukuran, sifat dan lain-lainnya. Kita dapat membedakan seseorang dari lainnya berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada, baik pada perbedaan fisik maupin psikis.

Ciri-ciri Individu

Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotip dan fenotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir dan merupakan faktor keturunan. Secara fisik seseorang memiliki kemiripan atau kesamaan ciri dari orang tuanya, kemiripan atau kesamaan itu mungkin saja terjadi pada keseluruhan penampilan fisiknya, bisa juga pada bagian-bagian tubuh tertentunya saja.

Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter yang dipengaruhi oleh fenotip. Faktor fenotip berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang contohnya pada orang yang tinggal di daerah pantai memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan.
Karakteristik yang khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan kepribadian, setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan orang lain. Yang dimana Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus menerus.

Mayor polak menjelaskan bahwa kepribadian adalah “keseluruhan sikap, kelaziman, pikiran dan tindakan baik biologis maupun psikologis yang dimiliki oleh seseorang yang selalu berhubungan dengan peranan dan kedudukannya dalam berbagai kelompok serta mempengaruhi kesadaran akan dirinya”. Meskipun dalam pengertian tersebut Mayor Polak tidak memasukan faktor lingkungan sebagai bagian dari kepribadian, namun dalam pembahasannya dia mengatakan bahwa pembentukan kepribadian diantaranya dipengaruhi oleh masukan lingkungan sosial (kelompok), dan lingkungan budaya (pendidikan).

2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial.


Selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial, yang dimana manusia sebagai makhluk sosial tersebut memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain, yang selanjutnya interaksi tersebut akan membentuk sebuah kelompok. Dan Kemampuan serta kebiasaan manusia berkelompok tersebut sering disebut juga dengan kata zoon politicon. Istilah manusia yang disebut sebagau zoon politicon pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles.

Manusia sebagai insan politik atau dalam istilah yang lebih populer manusia sebagi zoon politicon, mengandung makna bahwa manusia memiliki kemampuan untuk hidup berkelompok dengan manusia yang lain dalam suatu organisasi yang teratur, sistematis dan memiliki tujuan yang jelas. Sebagai insan politik, manusia juga memiliki nilai-nilai yang bisa dikembangkan untuk mempertahankan komunitasnya. Dan nilai-nilai tersebut adalah Nilai kesatuan, Nilai Solidaritas, Nilai Kebersamaan dan Nilai Organisasi. Yang dimana dari ke-empat nilai tersebut bisa di jelaskan sebagai berikut :
  1. Nilai kesatuan - Nilai kesatuan mengandung makna bahwa komunitas politik merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki tekad untuk bersatu dan komunitas politik hanya terwujud apabila ada persatuan.
  2. Nilai solidaritas - Nilai Solidaritas mengandung makna bahwa hubungan antar manusia dalam komunitas politik bersifat saling mendukung dan selalu membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan manusia yang lain.
  3. Nilai kebersamaan - Nilai Kebersamaan mengandung arti komunitas politik merupakan wadah bagi mereka untuk mewujudkan tujaun hidup yang diidam-idamkan.
  4. Nilai organisasi - Nilai Organisasi mengandung makna bahwa komunitas politik yang dibangun manusia, mengatur dirinya dalam bentuk pengorganisasi yang memungkinkan tiap-tiap menu dapat mengambil perannya. Aktualisasi manusia sebagai makluk sosial, tercermin dalam kehidupan berkelompok.
Manusia selalu berkelompok dalam hidupnya. Berkelompok dalam kehidupan manusia adalah suatu kebutuhan bahkan bertujuan dan Tujuan manusia berkelompok adalah untuk meningkatkan kebahagiaan serta kesejahteraan hidupnya. Melalui kelompok manusia bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, bahkan bisa dikatakan sebagai kebahagiaan dan keberdayaan hidup manusia hanya bisa dipenuhi dengan cara berkelompok. Sebaliknya, Tanpa berkelompok tujuan hidup manusia yaitu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan tidak akan bisa tercapai.
Manusia merupakan makluk individu dan sekaligus sebagai makluk sosial. Sebagai makluk sosial manusia selalu hidup berkelompok dengan manusia yang lain. Perilaku berkelompok (kolektif) pada diri manusia juga dimiliki oleh makluk hidup yang lain seperti semut, lebah, burung bangau, rusa, dan sebagainya. tetapi tentunya terdapat perbedaan yang esensial antara perilaku kolektif pada diri manusia dan perilaku kolektif pada binatang.

Kehidupan berkelompok (perilaku kolektif) binatang bersifat naluri yang artinya sudah pembawaan dari lahir,  dengan demikian sifatnya statis (tidak berubah) yang terbentuk sebagai bawaan dari lahir. Contohnya yaitu pada bentuk rumah lebah, karena rumah sejak dahulu hingga sekarang tidak ada perubahan, demikian pula dengan rumah semut dan hewan lainnya. Sebaliknya perilaku kolektif pada manusia bersifat dinamis (berubah), berkembang, dan terjadi melalui proses belajar (learning process).  

Berkelompok dalam kehidupan manusia juga merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Beberapa kebutuhan hidup manusia yang dapat dipenuhi melalui kehidupan berkelompok antara lain komunikasi, keamanan, ketertiban, keadilan, kerjasama, dan untuk mendapatkan kesejahteraan. Kehidupan berkelompok manusia tercermin dalam berbagai bentuk yang dimulai dari kelompok terorganisir hingga kelompok yang tidak terorganisir.

Kehendak untuk hidup berkelompok pada diri manusia merupakan suatu perilaku yang lahir secara spontan, relatif tidak terorganisasi, dan hampir tidak diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak terencana, dan hanya tergantung kepada stimulasi timbal balik yang muncul dikalangan para pelakunya. Pernyataan tersebut, sering ditemukan karena adanya pengelompokkan manusia yang semula teratur dan tertib, tiba-tiba berubah tanpa rencana, tanpa sebab, dan tanpa arah menjadi kerumunan yang menimbulkan kekacauan sosial dan pengrusakan. Contohnya Seperti kasus demonstrasi, suporter sepakbola, dan tawuran yang sering terjadi di kalangan pelajar atau masyarakat baik di Indonesia maupun di negara-negara lain.

Perilaku berkelompok (perilaku kolektif) pada manusia terjadi karena melalui proses belajar yang menyebabkan munculnya beragam jenis, dan jenis-jenis tersebut diantaranya perilaku kerumunan (crowd), perilaku massa, gerakan sosial, perilaku dalam bencana, gerombolon, kericuhan (panics), desas-desus, keranjinan, gaya (fad), model (fashions), propaganda, pendapat umum, dan revolusi (Horton, 1993).

1. Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu yang memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
  • Dorongan untuk makan
  • Dorongan untuk mempertahankan diri
  • Dorongan untuk melangsungkan jenis
Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana cara individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial. dimana antara individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peranan manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru, dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :
  1. Penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
  2. Penghematan tenaga, yang dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga sering terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas, jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu mempunya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Yang secara garis besar faktor-faktor personal tersebut mempengaruhi interaksi manusia yang terdiri dari tiga hal seperti Tekanan Emosional, Harga Diri yang rendah dan Isolasi Sosial.
  • Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
  • Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih sayang orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
  • Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.

2. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia pasti selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia memiliki kecenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, manusia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organisasi manusia harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.

Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggung jawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

3. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Hal tersebut merupakan salah satu kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan dengan manusia lain, yang dimana hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi.

Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, manusia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik itu positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antara individu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, pengakuan harga diri, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan yang bermasyarakat. Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia.

Imanuel Kant mengatakan, "Manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
Sumber :
• http://kumalah.blogspot.co.id/2017/09/definisi-manusia-sebagai-makhluk.html?m=1
• http://kumalah.blogspot.co.id/2017/09/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html

    Choose :
  • OR
  • To comment
No comments:
Write komentar